"Seperti halnya kotak musik, wajarlah bila terbuka akan memutar sebuah lagu begitu juga kenangan."
Malam
ini aku memutuskan untuk mengalihkan perhatianku pada headshet dan handphoneku,
ak mencoba untuk mendownload lagu
favoriteku dan tidak disangka mengingatkanku juga tentang lagu-lagu kesukaan
kita. Aku takut hari ini akan datang, hari dimana aku memutar lagu-lagu yang
dulu sering menemani perjalanan kita. Sungguh, memutarnya seperti memaksaku
untuk mengingat kembali kenangan yang lama tertimbun waktu. Jam-jam dimana aku menghabiskannya dengan
menangis dan mengenang ceritamu. Aku takut, aku tidak lagi sekuat dulu untuk
menunggu bahkan bertahan. Kenapa air di mataku tidak bisa berhenti menetes?
Kenapa hatiku sakit seperti mengalami tumbukan hebat yang tidak bisa kuhindari?
Lalu kenapa kepalaku pusing seperti tertimpa sesuatu berat sehingga aku tidak bisa
mengendalikannya seakan semuanya berputar dan terulang dengan cepatnya?
Menurutmu
apa yang harus aku lakukan kalau kamu jadi aku?
Adakah
cara pengalihan terbaik? Aku benar-benar pernah merasakan bagaimana nyamannya
berada didekatmu. Tidak pernah memikirkan apapun sewaktu disampingmu kecuali
kamu sendiri. Mungkin aku sedang berada
pada titik rindu maksimal dimana aku diam dan tidak bisa mengatakannya namun
hatiku meledak. Sungguh aku tidak tau cara terbaik untuk mengungkapkannya.
Jujur aku canggung, setelah pertemuan terakhir kita dan kau sama sekali tidak
mau berbicara, bahkan untuk telefon terakhir kita. Aku bingung apa yang harus
dilakukan untuk menjaga hubungan ini? Ataukah tidak ada lagi? Atau mungkin kamu
mulai lelah? Itu yang selalu berbisik dalam benakku.
Sesekali
aku melihat diriku dikaca, menertawakan kebodohanku, menertawakan diriku yang
mulai berantakan diacak-acak kenangan. Wajahku yang dipenuhi air entah darimana
datangnya, mata yang mulai membengkak dan hati yang mulai tak terarah.Bahkan bahasaku
mulai tak karuan ketika menulis lembaran ini. Apalagi ketika playlistku sampai
pada sebuah lirik lagu “..Mestinya kau tahu betapa besar merindunya
jiwaku.Dan bila mentari esok kan bersinar lagi, kuingin candamu warnai hariku.
Dan bila esok kau tiada hadir temaniku tak terbayangkan setengah matin
kehilanganmu.” Mungkin kamu sedikit mengingatnya, lagu yang dulu pernah
kamu berikan dan sampai sekarang masih tersimpan rapi dimemoriku.
Dan semuanya
memuncak ketika aku mendengar lagu ini,
“Hai,
selamat bertemu lagi,
Aku
sudah lama menghindarimu sialku lah kau ada disini
Sungguh
tak mudah bagiku, rasanya tak ingin bernafas lagi, tegak berdiri didepanmu kini
Sakitnya
menusuki jantung ini, melawan cinta yang ada dihati
Hai
selamat berpisah lagi, meski masih ingin memandangi
Lebih
baik kau tiada disini
Sungguh
tak mudah baiku, menghentikan segala khayalan gila
Jika
kau ada dan ku Cuma bisa meradang menjadi yang disisimu
Membenci
nasibku yang tak pernah berubah
Dan
upaya ku tau diri tak selamanya berhasil
Apabila
kau muncul terus begini, tanpa kita bisa bersama
Pergilah,
menghilang sajalah lagi..”
Mungkin
aku terkurung dalam sebuah kotak musik, ketika tertutup semuanya nampak
baik-baik saja namun ketika dibuka terdengar sebuah lagu seakan kenangannya
ikut berputar menunggu pemiliknya menutup kembali. Akankah selamanya begitu?
Atau aku yang belum siap untuk memulai sesuatu yang baru? Kenapa tidak kita
mulai saja dengan awal yang baru? Perihal tentangmu tidak mudah menyuruhnya
pergi sekalipun mengusirnya. Karena kamu tamu yang selalu mendapat ruang
sekalipun dalam hatiku.
Jangan
terus membiarkan aku menangis tanpa alasan, jangan selalu membiarkan aku
meradang karena merindu, jangan terus membiarkan aku pergi, sesekali cobalah
untuk menahanku. Aku ingin mengetahui kesungguhanmu. Bahkan sampai sekarang aku
tidak pernah tahu apa kata hatimu. Jangan membunuh mimpimu, cobalah untuk mulai
mewujudkannya . Biarlah waktu yang mengaturnya, “One more time to say I love you
always and keeping faith letting love find a way, one more time to say I love
you always..”
Aku
pastikan bahwa aku tidak lelah menjadi perindu bahkan pengagummu, tidak lelah
memberin senyum meski tak terlihat, tidak juga meragu hanya saja aku belum
mampu untuk memulai sesuatu yang benar-benar baru. Seperti kenangan baru,
misalnya. Maaf bukan bermaksud membuatmu dalam keadaan bingung, galau, atau
mulai berkaca-kaca sepertiku saat ini ketika menulis. Aku hanya tidak mau
menjadi bodoh dan mengulangi kesalahan yang sama ketika merasakannya tetapi
tidak berani mengatakannya. "Yang kau buat sungguhlah indah, buatku susah lupa. ". Selamat tidur manja sayangku..
Comments
Post a Comment