"...itu
hanya permainan waktu, perasaan dan kondisi.dan sebenarnya pilihannya adalah
diam atau terbawa".
Ada
saat dimana kamu menyukai keheningan dan sepi, hal itu dinamakan menyendiri dan
itu wajar terjadi. Saat sepi kau mampu mendengar detak jantungmu sendiri,
merasakan keraguanmu dan mendengar kata hatimu. Apa yang sebenarnya kau
harapkan bukan lagi menjadi prioritas, melainkan formalitas. Loyalitas bukan
lagi suatu hal yang mahal, mungkin bisa dikuantifikasi.
Menyendiri
adalah salah satu cara memperbaiki senyum dimana kamu bisa menggali banyak hal
dalam dirimu. Mmh, tidak sepenuhnya benar, menyendiri adalah pelarian terbaik
menurutku haha. Konyol? Tapi memang begitu, untuk orang yang mengalami pasti
tahu akan hal ini.
Sebuah proses bisa jadi melukaimu, karena kamu
tidak hati-hati bertindak dan bijaksana dalam memilih. Hening menjadi perantara
kamu dan keyakinanmu, bisa jadi semakin menguatkanmu atau malah menggoyahkanmu.
Aku suka berkawan dengan sepi dan hening karena terkadang mereka tidak melukai,
mereka memperlakukanku secara sopan, memberiku ketenangan dan membiarkanku
bereksplorasi. Mereka hanya mencoba memberiku ruang untuk berfikir,mengerti,
memaham, dan mengolah diriku sendiri tanpa ada satupun intervensi.
Namun,
terkadang sepi dan hening tidak memberikanmu pilihan, memaksamu mengingat
semuan penyesalanmu dan kemudian membuatmu kacau. Dengan kata lain tak sengaja
menyakitimu. Berbalut kekecewaan untuk melepaskan sesutau yang belum sempat
kita genggam atau mulai menyesali pilihan.
Dari
mereka (sepi dan hening) aku belajar sesuatu yaitu manajemen hati, dimana itu
hanya permainan waktu, perasaan dan kondisi.dan sebenarnya pilihannya adalah
diam atau terbawa. Terkadang bukan rasa sakit yang membuatmu menderita, namun
perasaan ketika menimbang resiko bila terjadi kedua kalinya yang membuat
segalanya terlihat buruk. Ikuti saja, pilihan tidsk pernah salah seperti kamu
meyakini bahwa esok masih selalu ada matahari yang terbit dari timur.
Comments
Post a Comment