“….Aku meredam, hingga pada suatu hari aku memutuskan untuk berhenti.
Bukan terlalu dini menilai, tapi takut jatuh terlalu dalam”.
Sore
itu aku pulang dengan segala kemarahan, tangan rasanya ingin bergerak melayang memukulmu
sedangkan air mata sudah tak kuat lagi dibendung, rasanya sudah mau menetes
saja. Dan benar…
“Kamu..
Iya kamu.. Kenapa kamu mengecewakan sekali?” ujarku dalam hati. Kenapa kamu tak
menyapaku, bahkan melirikpun tidak. Apa yang salah denganku. Kamu selalu membuatku
bertanya-tanya tentang kepergianmu secara tiba-tiba. Mungkin itu bagian dari
misteri, hanya waktu yang tahu, seperti dulu kedatanganmu.
Aku
berjalan melewati lorong itu dengan senyum dan sapaan dari teman-temanku dengan
perasaan pura-pura tegar. Tahukan kamu? Aku berpura-pura. Hingga akhirnya
diujung lorong aku bertemu dengan salah seorang teman dekatku, seseorang yang
sudah tak asing denganmu karena aku tak pernah berhenti menyebutkan namamu
ketika aku bercerita. Seseorang yang tak pernah bosan mendengar ceritaku
sekalipun semuanya tentang kamu. Seseorang yang tidak pernah menanyai kapan aku
akan berhenti mengagumi sosokmu. Dia tahu betul aku sangat menyukaimu. Aku
berlari, memeluknya dan menangis dibahunya. Entahlah apa yang aku rasakan saat
itu. Hanya berpikir bahwa aku kecewa…
Berbagi
membuatku lebih nyaman. Aku suka berbagi, berbagi tawa dan canda bukan berbagi
cinta apalagi tentang kamu! Aku bukan egois, aku hanya tidak menyukai bila ada
seseorang yang membuatmu tertawa tapi bukan aku. Aku meredam, hingga pada suatu
hari aku memutuskan untuk berhenti. Bukan terlalu dini menilai, tapi takut
jatuh terlalu dalam.
Sekarang..
Aku
tahu apa persamaan kamu dan angin. Angin datangnya gak pasti, hanya sesaat tapi
menyejukan dan selalu dicari. Sama seperti kamu. Tapi sayang.. Kamu seperti angin, tidak akan pernah bisa aku
pegang bahkan aku raih. Mungkin, hanya bisa aku nikmati kesejukannya. Meskipun
harus rela berbagi juga dengan yang lain.
Ah..
Sudahlah, aku terbiasa hidup begini. Sendiri dan mandiri. Jatuh itu emang gak
enak, apalagi jatuh cinta. Tapi aku sadar mungkin sekarang aku menjadi orang yang paling kuat karena
menjadi orang yang lebih sering dikecewakan, jatuh namun slalu bisa bangkit
meskipun dengan alasan yang sama. Ingat! Kecewa itu menguatkan :)
Comments
Post a Comment