“..Sayang sih, punya potensi tapi
reaktif. Mikir-mikir dulu kali ya sebelum bertindak. Jadi semuanya tersusun
rapi sesuai resolusi ..”
Hai, apa kabar
masa laluku yang masih enggan pergi? Baik kah kamu? Semoga begitu. Aku tak ingin
kamu menyesal karena telah membuangku. Semua orang memang pernah menyakiti, aku
pun begitu. Jangan mengeluh jika itu berbalik kepadamu, kamu merasakan sakit
yang begitu hebat dan kemudian menyalahkan orang lain? Lantas pernahkah kamu
berpikir apa yang dilakukan orang yang dulu kamu sakiti? Sama kan? Nikmati saja
seperti saat kamu nyaman dan tak acuh menyakitinya. Toh itu tabur-tuai, hanya
konsekuensi tindakan yang kamu lakukan terdahulu. Memang sulit, namun coba
saja. Aku hanya menyarankan. Ya kalo gak
mau disakitin ya baik-baiklah dengan kehidupan. Toh semuanya akan berpulang
lagi ke kamu. Heuheu..
Perihal masa
lalu memang tidak semuanya indah, ya kali kalau semuanya indah mana seni untuk
merajut kehidupan? Bukan kah begitu? Mengenai seni tidak selalu berbicara
tentang hal yang artistik, menjalani kehidupan itupun seni. Seni merangkai
taktik dan strategi mencapai kehidupan yang berkualitas. Bagaimana kita
memaknainya itu juga seni. Tak peduli sudut pandang orang lain, wong ini
ceritamu, kehidupanmu kok, jadi kamu bebas bagaimana mengatur alurnya. Tentang
sudut pandang orang mungkin hanya berperan sekitar 1-5%. Saringlah
sebaik-baiknya, jangan terbuai atau terlena. Kalau positif ya ambil dan maknai,
kalau negative ya buang aja. Toh yang tahu gambaran dirimu ya kamu sendiri
bukan orang lain yang kerap kita sebut “mereka”.
Aku suka
menulis, bukan menulis hujatan atau sindiran. Hanya menulis apa yang menjadi
unek-unekku, sekali lagi ini kan zonaku jadi aku bebas melakukan apa yang aku
mau. Selagi tidak merugikan kamu, kenapa kamu yang malah repot?. “Santai aja
keleees”, kata seorang teman. Heuheu.
Aku berterima
kasih kepada semuanya baik rekan, sanak saudara,keluarga, kerabat, sahabatku siapapun
itu yang secara tidak langsung membentuk kepribadianku. Menjadi tempatku
mengolah dan memadukan rasa. Kepada mereka yang begitu mengasihiku dan
membuatku sekuat saat ini. Oya juga kepada semua orang yang tidak menyukai atau
membenciku dan kerap disebut “haters”
agar namanya terkesan lebih mentereng meskipun tabiatnya tidak. Aku tidak ingin
menghina kalian, hanya berterima kasih dan meminta maaf bila selama ini aku
selalu lebih unggul bahkan selalu diatas, menurut anggapan kalian—mungkin.
Karena terlalu sibuk memperhatikan dan menggunjingku, sehingga kalian tidak terfokus
pada diri sendiri yang sebenarnya punya potensi namun tidak tahu cara
mengembangkannya. Dan ketika melihat orang lain berhasil kalian justru menghina
bukannya terprofokasi untuk bersaing secara sehat atau mengunggulinya. Sayang
sih, punya potensi tapi reaktif. Mikir-mikir dulu kali ya sebelum bertindak.
Jadi semuanya tersusun rapi sesuai resolusi. Kasihan ah kalo otaknya
dipakai untuk selalu menilai orang
bahkan sendirinya tidak. Apa untungnya? Heuheu.
Apalah arti
ketenaran bila tanpa kebenaran, aku begitu lelah melihat. Tidak hanya dalam
televis yang berdrama, kehidupanpun begitu. Dengan hebatnya mereka berakting
lagaknya seperti dalam sepotong adegan sinetron. Boleh sih tapi jangan terlalu
mendramatisir bisa dikira semua yang kamu lakukan hanya acting atau
kepura-puraan. Lantas semua penonton tidak terkesima namun menertawakanmu.
Tolong ubahlah sedikit negatifmu agar bisa sedikit maju ke deret positf. Toh
bahagia atau tidak yang tentukan kamu bukan saya, kita, atau mereka :)
Comments
Post a Comment