“Apakah kamu mampu melakukan hal sama seperti
aku? Mencintai dalam diam. Menjadi perindu yang tabah, menjadi pendengar yang
diabaikan, menjadi penunggu berita yang resah, penikmat hidupmu dari cerita
orang lain? Atau tidak bisakah kamu melakukan hal yang sederhana seperti
menyapa dan memberiku kabar tentangmu?
Diam?? Tidak selalu bercerita tentang marah..
Diam
bukan berarti mengabaikan, hanya sedang memberi waktu. Diam bukan
berarti marah, hanya memberi ruang untuk mengerti. Diam?? Bukan berarti meragu
hanya sedang meyakinkan diri dengan pilihan hati. Diam.. diam bukan berarti
lelah, hanya sedang berfikir cara terbaik untuk bertahan.
Kedekatan tidak diukur dengan waktu, tapi
dengan diam. Diam yang didalamnya ada sejuta perhatian namun tak terungkap.
Setidaknya “dia” yang kau sebut “diam” dalam kata bergerak dalam lakumu.
Diam bukan berarti menyerah, karena ketika aku
belum menyerah disitulah impianku berada. Diam bukan berarti terdesak hanya
mungkin cara terbaik untuk berserah. Diam
tidak menjanjikan kebahgiaan hanya saja dia sedikit melegakan..
Diam adalah teman terbaik yang tidak akan
pernah menceritakan kesal dan tangismu kepada siapapun. Diam bukanlah perihal
tertutup. Hanya tak ingin mengumbar. Diam ada pada daftar hal yang palinga ku
suka tepat dibawah… kamu dan cokelat!
“Aku memelukmu dalam doa, menyayangimu dalam
jarak, mengagumimu dalam bayangan, dan beginilah caraku mencintaimu sekalipun
dalam DIAM. “
Comments
Post a Comment