“Tidak ada harmoni
seindah rintik hujan, terkecuali lirihmu.. Tidak ada hal yang lebih nyaman
selain berada dalam pelukanmu. Dan tidak ada yang lebih hangat selain
senyummu..”
Malam itu,
saat bulan tidak bersahabat. Angin bertiup kencang, dingin dan beku. Kamu tidak
habis tekad menjemputku, tepat pukul setengah 8 didepan gerejaku, setelah
ibadah itu.. Rasanya… aku tidak mampu lagi mengungkapkannya, ada kebahagiaan
yang ingin aku tunjukan pada semua oorang.. Akan meledak hati ini bila terus
menahannya..
Dengan satu
tangan kamu mengendara motormu dan satutangan lagi menggenggamku, kamu
membawaku ke tempat yang sudah kamu siapkan sebelumnya. Rasanya.. tidak ada
kebahagiaan yang paling indah selain berada didekatmu.
Kamu
membawaku ke sebuah resto steak dan memilih tempat paling bagus sudut ujung
sebelah kanan sebelum pintu masuk, aku ingat persis. Ketika aku duduk, dan
sebentar mengobrol tiba-tiba lampu padam, aku tak tahu yang terjadi namun aku
menjadi panik, dan kamu tahu aku takut “gelap”. Dan akhirnya kau memberiku
tanganmu untuk ku genggam. Tepat 2 detik aku menggenggam tanganmu, suara
hujan.. Bukan hanya hujan biasa tapi disertai angin turut meramaikan suasana
kita yang hanya “berdua”.
Tepat 2 jam
kita menghabiskan waktu, mengobrol tentang hidup dan keluargamu. Aku begitu
bahagia mendengar ceritamu seolah-olah kamu mengijinkan aku masuk dalam hidupmu
dan menjadi bagian didalamnya.
Malam itu
kamu berjuang untuk mengantarku pulang. Hanya dengan satu tangan, dimana tangan
yang lain masih menggenggamku penuh kasih.
Malam itu menjadi malam yang selalu
kukenang, dimana kamu memperlakukan aku layaknya seorang “putri” yang kau
biarkan masuk dalam kehidupanmu.
Comments
Post a Comment